Ibarat sepasang sepatu, sepak bola dan taruhan tak dapat dipisahkan satu sama lain. Fenomena ini memang benar terjadi dalam sepak bola yang mempunyai fans fanatik di seluruh dunia.
Apalagi, jika tim favorit tengah membawa nama baik klubnya saat bertanding di lapangan hijau. Sudah pasti para fans mereka menjagokannya.
Faktanya memang, sebagai olahraga terpopuler di dunia yakni sepak bola menjadi salah satu ajang taruhan. Sampai-sampai pertandingannya disusupi oleh praktik match-fixing atau pengaturan skor pertandingan oleh Bandar judi.
Banyak orang awam pun tak benar-benar mengetahui bagaimana match-fixing benar-benar bekerja dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Bagaimana bisa, tim sepak bola besar bisa diatur perolehan skornya ketika sedang bertanding melawan “musuhnya” di lapangan hijau ?
Pertanyaan seputar pengaturan skor itulah yang akan coba Bonanza88 bahas pada artikel satu ini. Simak sampai habis tulisan kami ya.
Sebelum lebih lanjut membahas match fixing, ada baiknya kita memahami pengertian dasarnya.
Apa itu match-fixing ?
Pada dasarnya, match-fixing sendiri bukan sebuah perilaku curang. Akan tetapi, match-fixing terjadi mana kala terdapat pihak yang setuju untuk mengala, imbang, atau memenangkan kepada pihak lawan dengan tak berusaha maksimal.
Sedangkan curang sendiri merujuk kepada menghalalkan berbagai cara untuk bisa memenangkan sebuah pertandingan, misalnya dengan penggunaan doping oleh para atletnya.
Diketahui, ada dua tipe pengaturan pertandingan dalam pertaruhuan sepakbola, yaitu arranged match-fixing dan gambling match-fixing.
Melansir PanditFootbal.com, pada arranged match-fixing biasanya terjadi pada saat koruptor melakukan manipulasi pertandingan sepak bola agar memastikan salah satu tim kalah atau imbang.
Sementara untuk gambling match-fixing terjadi manakala koruptor memanipulasi dengan maksud dna tujuan untuk mendapatkan keuntungan maksimal di pasar taruhan.
Jadi, jika kita dipukul rata, arranged match-fixing hanya menguntungkan salah satu kesebelasan saja, sementara untuk gambling match-fixing menjadikan sebuah kesebelasan disabotase oleh pihak-pihak tertentu demi mencari keuntungan pihak yang bersangkutan.
Jadi pada poin gambling match-fixing, si koruptor tak peduli jika tim A atau tim B mengalami kekalahan atau menang.
Dimana, mereka cuma memedulikan keuntungan pribadi semata. Bahkan, akan lebih baik lagi jika mereka dapat mengontrol banyak pihak yakni dalam hal ini adalah tim A dan tim B.
Pengaruh Pasar Taruhan
Sebetulnya perilaku match-fixing tidak selalu didasari pada aktivitas perjudian. Namun perlu diingat jika perjudian memang banyak memengaruhi hasil pertandingan olahraga karena banyak orang atau pihak yang bertaruh.
Mulai dari sepak bola, basket, golf, balapan Formula 1 dan kriket, bahkan sampai pada tingkat paling rendah serta tak menarik perhatian publik pertandingan perempuan U16 dalam divisi ke tujuh.
Pada pasar taruhan yang menjadi tujuan utama pengaturan skor yakni mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Maka dari itu, terdapat dua pengaturan yang terjadi di lapangan, yaitu pengaturan pertandingan serta pengaturan pasar taruhan.
Dimana, tiap laga pertandingan mempunyai peluang atau odd masing-masing. Hal inilah yang membuat taruhan mempunyai sebuah nilai.
Koruptor biasanya mempunyai masalah, yakni jika mereka berhasil memperoleh “pemain” untuk kalah dalam sebuah pertandingan.
Maka mereka bakal bertaruh untuk tim lawannya untuk menang. Dengan cara seperti iyu, mereka bisa mendapatkan keuntungan.
Pasalnya, semakin banyak uang yang mana mereka pertaruhkan melawan para “pemain” mereka, maka bakal semakin besar pula uang yang bakal mereka peroleh. Fenomena inilah yang dikenal dengan sebutan “mengatur pasar taruhan”.
Jika petaruh atau koruptor memasang uang yang terlalu banyak, maka seorang bandar bakal curiga sehingga bisa saja odd berubah sewaktu-waktu.
Sedangkan apabila mereka memasang terlalu kecil, maka hal tersebut bakal membuat pengaturan pertandingan menjadi tidak layak, sehingga uang suap mereka kepada para “pemain” akan menjadi sia-sia di pasar taruhan.
Sebaliknya, bagi koruptor yang tak mempunyai banyak uang, maka mereka bakal melibatkan investor, yang akhirnya membuat koruptor berperan sebagai seorang broker.
Broker inilah yang mengatur pertandingan kepada “pemain”, kemudian langsung pergi ke investor yang dapat menyediakan mereka banyak uang.
OIeh karena itu, dari petaruh atau koruptor selalu berusaha agar tidak ketahuan lantaran poin utama dari sebuah match-fixing yakni untuk menipu bandar demi memperoleh keuntungan berlimpah untuk koruptor. Di sinilah seorang bandar justru dapat menjadi “korban”, bukan pelaku.
Kondisi ini juga yang menjadi alasan match-fixing lebih sulit terjadi di pertandingan prestisius seperti hanya Piala Dunia lantaran yang mengalir bakal sangat besar dan juga mencurigakan.
Pasalnya, pengaturan pertandingan sepak bola biasanya banyaknya terjadi di liga kecil lantaran “pemain” dapat dibayar lebih murah.
Apalagi jika para “pemain” sudah lama tak digaji oleh klubnya dan tak lebih mencurigakan lantaran banyak yang peduli meski keuntungannya sangat kecil.
Penulis : baim