Judi merupakan permainan taruhan yang memiliki dua kemungkinan yakni kalah atau menang sehingga biasanya judi ini akan mempengaruhi pertimbangan para pemainnya apakah akan kembali berlanjut untuk berjudi atau memutuskan untuk berhenti bermain. Judi ini seringkali menjadi pertanyaan besar bagi orang-orang mengapa mereka yang sudah mengalami kekalahan terus-menerus masih tetap saja bermain judi padahal itu merugikan bahkan bisa menimbulkan masalah-masalah besar seperti kriminalitas.
Hal ini yang membuat beberapa negara melarang perjudian di negaranya termasuk Indonesia. Namun pada tahun 1960-an seorang Gubernur DKI Jakarta yakni Ali Sadikin melegalkan yang namanya perjudian di Jakarta.
Kisah Ali Sadikin gubernur yang melegalkan judi Jakarta ini mengundang perhatian dan sangat kontroversial pada zamannya.
Jika Anda menemukan berita ini di tahun sekarang mungkin Anda akan bertanya-tanya, mengapa Ali Sadikin sebagai gubernur melegalkan yang namanya judi yang jelas-jelas hal ini sudah dilarang oleh negara.
Untuk mengetahui alasan mengapa Ali Sadikin melegalkannya namanya perjudian di DKI Jakarta waktu itu, berikut akan diuraikan mengenai kisah Ali Sadikin sebagai gubernur DKI Jakarta yang pernah melegalkan judi di ibukota Indonesia tersebut.
Alasan Ali Sadikin Melegalkan Judi di Jakarta
Sebagai orang Indonesia yang menggemari perjudian tentu tidak asing lagi dengan Kisah Ali Sadikin Gubernur yang Melegalkan Judi di Jakarta.
Ali Sadikib merupakan salah satu Gubernur DKI Jakarta periode 1966 sampai 1977. Nama Ali Sadikin sempat kontroversial pada zamannya karena ia merupakan gubernur yang melegalkan judi saat menjabat untuk membangun Jakarta.
Sebelum ia menjadi gubernur, Ali Sadikin ini aktif dalam satuan korps komando TNI Angkatan Laut dan juga ia pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Kompartemen Maritim atau saat itu disebut sebagai Menteri Perhubungan laut Kabinet Dwikora.
Ketika ia menjabat sebagai gubernur Ibukota Indonesia itu, kondisi Jakarta sangat memprihatinkan bahkan bisa dibilang Jakarta saat ia menjabat keadaannya bobrok karena kota sebesar itu memiliki anggaran yang sangat terbatas.
Keterbatasan anggaran kota Jakarta tersebut, memunculkan ide bagi Ali Sadikin untuk kemudian melegalkan perjudian agar bisa mendapatkan uang supaya bisa memulihkan kembali kondisi ibukota Jakarta.
Dikutip dari berbagai macam sumber, saat Ali Sadikin menjabat, Jakarta memiliki banyak masalah di antaranya adalah 3 juta orang penduduk yang mendiami Jakarta tinggal di pemukiman kumuh, 60% anak usia sekolah putus sekolah, dan sekitar 24.700 orang pegawai pemerintahan memiliki gaji rendah.
Banyaknya permasalahan Jakarta tersebut dikarenakan anggaran Jakarta saat itu hanya sekitar Rp.266 juta, yang mana anggaran tersebut sangat tidak cukup untuk bisa memulihkan dan juga membangun Jakarta untuk dapat lebih baikbsetara dengan ibukota negara lain.
Ide untuk melegalkan perjudian demi menambah anggaran Jakarta tersebut, aturan dan ketentuannya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, yang mana ketentuan tersebut menyebutkan bahwa wewenang pengaturan perjudian berada di tangan pejabat daerah.
Kewenangan tersebut membuat pemerintah DKI Jakarta saat itu berani mengambil langkah-langkah kebijakan preventif dan juga Represif terhadap kegiatan perjudian.
Dan dalam upaya melokalisasi penyelenggaraan permainan judi dan juga tepat judinya, pemerintah DKI Jakarta saat itu memanfaatkan uang hasil pajak judi sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang bisa menambah anggaran untuk memperbaiki kotanya.
Atas dasar ide tersebut mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mulai bergerak dengan berani mengeluarkan surat keputusan atau SK yang melarang adanya perjudian gelap di wilayah Jakarta. Surat keputusan tersebut dikeluarkannya pada tanggal 26 Juli 1967.
Setelah dua bulan SK tersebut keluar, pemerintah Jakarta kemudian membangun Kasino pertama kalinya di kawasan Petak Sembilan, Jakarta Barat.
Selain membuka Kasino pertama di DKI Jakarta, Ali Sadikin juga pernah mengadakan yang namanya Lotto atau Hwa hwe yang ditujukan khusus untuk kalangan Tionghoa dan ia pun melakukan peningkatan berbagai pajak seperti pajak kendaraan.
Tujuan Al Sadikin menarik pajak dari perjudian dan juga menaikkan berbagai macam pajak yakni agar ia bisa merawat anak terlantar supaya mereka dapat kembali ke sekolah.
Tidak sampai di situ, sebagian dana yang diperoleh oleh pemerintah DKI Jakarta dari kegiatan perjudian, digunakan sebagai sarana menghijaukan Jakarta. Gubernur Ali Sadikin, saat itu juga kemudian menempatkan wanita tuna susila di Kramat Tungkak.
Berbagai macam kebijakan kontroversial dari Kisah Ali Sadikin Gubernur yang Melegalkan Judi di Jakart tersebut, membuatnya dijuluki sebagai gubernur maksiat bahkan istrinya pun juga sempat diberikan julukan Madame Hwa Hwei.
Saat itu pun Ali juga mendapat teguran dari para alim ulama mengenai kebijakan yang ia terapkan.
Salah satu ulama yang menantang keras kebijakan dari Ali Sadikin ini adalah Abdullah Syafi’i salah satu anggota Majelis Ulama Indonesia. Menurut Abdullah, Ali Sadikin telah secara sadar melakukan dan juga membentuk kebijakan yang mana ajakan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.
Meskipun banyak tentangan dari berbagai macam pihak, Ali Sadikin juga paham bahwa judi itu haram maka dari itu ia mengaturnya hanya untuk kalangan Tionghoa, sehingga jika ada umat Islam yang ikut andil dalam permainan judi, maka itu bukanlah pagi tanggung jawab dari Pemprov Jakarta.
Gubernur Ali Sadikin saat itu memang terkenal sebagai salah satu gubernur yang selalu berpikiran realistis dan logis. Ia akan melakukan segala hal termasuk mendirikan Casino di Jakarta demi melayani rakyatnya dengan baik. Karena pemikirannya tersebut, Jakarta bisa bangkit dan tidak lagi menjadi kota yang bobrok karena saat itu Jakarta diubah menjadi kota yang lebih indah dan teratur.